Senin, 19 November 2007

Islam KTP = Muhammadiyah KTA?

Loyalitas dan Integritas Kader Muhammadiyah
Oleh: M Rivai Tuhuleley*

“Hidup-hidupilah Muhammadiyah tapi jangan mencari hidup di Muhammadiyah…” KH. Ahmad Dahlan

Islam di Indonesia merupakan agama terbanyak penganutnya dan terbesar di dunia. Jumlah yang cukup signifikan hampir 80an % jumlah yang beragama Islam dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia. Namun kwantitas jumlah penganut tidak berimbang dengan kwalitas umatnya. Indonesia masih memimpin dengan KKN-nya, pengangguran, sikap anarkis, pergusuran, dan lainnya. Perilaku dan mentalitas masyarakat kita belum seimbang dengan keberadaan organisasi-organisasi keagamaan yang ada di Indonesia. Artinya pendampingan keagamaan ke masyarakat entah kurang atau belum sama sekali. Sehingga nominal persentasi penganut Islam perlu juga dipertanyakan keberadaannya. Ataukah sebagian masyarakat muslim itu hanya diklaim sebagai ”Islam KTP”, yang dimana Islam hanya tertera di KTP sebagai formalitas belaka. Namun sikap dan perilakunya bukan sebagai seorang muslim. Kemanakah umat yang mayoritas itu? Muhammadiyah bergerak dimanakah? Muhammadiyah yang notabene merupakan oraganisasi keagamaan terbesar selain NU di Indonesia juga dipertanyakan perannya.

Hampir seabad sudah perjalanan Muhammadiyah, Umur yang cukup uzur bagi sebuah organisasi. Peran Muhammadiyah dalam membangun bangsa dan negara tidak bisa dipungkiri lagi. Berbagai peranan baik di dunia pendidikan, sosial, kesehatan, ekonomi dan lainnya menjadi bukti Muhammadiyah konsekeunsi merubah bangsa ini menjadi lebih baik lagi. Dibangun diseantero pelosok Nusantara amal usaha, pendidikan dari Taman Kanak-kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT), kesehatan dengan PKU-nya, BMT, Koperasi, Pondok Pesantren, Panti Asuhan dan banyak lagi yang lain. Keberadaan amal usaha Muhammadiyah secara tidak langsung memberikan dampak positif khusus untuk warga Muhammadiyah maupun secara umum terhadap masyarakat Indonesia.

Kerangka awal terbentuknya Muhammadiyah tidak lepas dari peran pendirinya, KH Ahmad Dahlan. Gerakan Muhammadiyah dengan keorganisasian dan berbagai kegiatan amal usahanya tetap terpelihara dan menyatu dengan masyarakat. Implikasinya adalah gerakan Muhammadiyah mampu menjadi uswah (teladan) di tengah dinamika perubahan masyarakat.

Namun, tanpa didasari akan menjadi beban tersendiri. Paling tidak inilah yang disanggah Muhammadiyah sehingga gerakannya menjadi lamban. Kegiatan-kegiatan lebih merupakan rutinitas organisasi daripada yang bermuatan positif. Belum lagi orang-orang yang hanya memanfaatkan Muhammadiyah sebagai bagian penyanggah kehidupan ataupun menjadi batu loncatan pribadi maupun kelompoknya. Fenomena yang muncul beberapa waktu lalu, sengaja membuka mata lebar-lebar seluruh elemen yang ada di Muhammadiyah. Tidak hanya kader-kader yang coba diperebutkan tapi dalam bentuk penguasaan hampir di semua level amal usah menjadi target pribadi maupun kelompok tertentu. Hal ini membuktikan bahwa Muhammadiyah belum maksimal dalam menyeleksi perekrutan baik di amal usaha maupun pada jajaran pimpinan Muhammadiyah. Sehingga yang ada adalah kader ataupun pimpinan yang instan (jadi tanpa melalui proses).

Kader yang ada di amal usaha maupun yang ada di pimpinan Muhammadiyah seharusnya paham terhadap langkah-langkah pelembagaan yang menjadi landasan membangun kesadaran dan ikatan kolektif dalam memperjuangkan gerakan Muhammadiyah. Pemikiran dasar KH Ahmad Dahlan, 12 langkah dari KH Mas Mansur, Muqadimmah Anggaran Dasar, Kepribadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Khittah Perjuangan Muhammadiyah, dan Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah merupakan rujukan dasar sekaligus perlu disistematisasi dalam konsep terpadu sehingga menjadi basis ideologi gerakan Muhammadiyah yang mengikat seluruh anggota Muhammadiyah dalam melaksanakan gerakan. Dengan mengamalkan rujukan yang telah disebutkan di atas bisa melahirkan kader yang benar-benar militan. Jadi tidak perlu kita pertanyakan lagi apakah kita hanya sebagai kader yang di klaim Muhammadiyah KTA yang hampir sama dengan Islam KTP tadi.

Dimana pun kita berada dan di posisi manapun kita diamanahi, mari bersama-sama kita membangun Muhammadiyah yang sudah berdiri yang telah diskenariokan oleh Allah SWT untuk menjadi organisasi uswah buat umat yang ada sekitar kita. Wallahualam...

Sumber:
- Haedar Nashir, Revitalisasi Muhammadiyah Jelang Satu Abad, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2005)
- Mukhaer Pakkanna & Nur Ahmad, Perlunya Tafsir Baru Gerakan Muhammadiyah (Jakarta: Muhammadiyah Menjemput Perubahan,2005)

*) - Staff Deplusospol BEM UAD
- Anggota LPI PDM Kota Yogyakarta
- Sekbid Hikamh PC IMM Djasman Alkindi Kota Yogyakarta